8. TAFSIR
AYAT KURSI
Ayat
al-Kursi adalah ayat yang paling agung dalam Al-Qur'an. Sekian banyak riwayat
yang bersumber dari Rasul dan sahabat-sahabat beliau yang menginformasikan
hakekat ini. Antara lain dari seorang sahabat Nabi yang bernama Ubaiy bin Ka'ab
yang menceritakan bahwa Nabi saw pernah bertanya kepadanya :
"Ayat
apakah dalam Al-Qur'an yang paling agung ?"
"Allah
dan Rasul-Nya yang lebih tahu" (ini diulang-ulang oleh Ubaiy), kemudian ia
berkata ayat al-Kursi. Rasul saw,
membenarkan Ubaiy. (Diriwayatkan oleh Muslim)
Ayat
al-Kursi dinamai juga ayatul hifz
(ayat pemelihara), karena pembaca yang menghayati maknanya dapat memperoleh
perlindungan Allah swt. Dalam konteks ini paling tidak ada dua hal yang dapat
dikemukakan. Pertama, ayat ini berbicara tentang Allah swt. dan sifat-sifat-Nya.
Kandungan uraiannya saja sudah cukup menjadikan ayat ini ayat yang agung.
Apalagi ayat al-Kursi merupakan satu-satunya ayat yang dalam redaksinya
ditemukan tujuh belas kali kata yang menunjuk kepada Allah swt. Enam belas
diantaranya terbaca dengan jelas dan satu tersirat.
Perhatikanlah
terjemahan di bawah ini:
"Allah
(1) Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia (2) Yang Maha Hidup (3)
Kekal, (Tuhan)Tuhan yang terus menerus mengurus (4) (makhluk-Nya). Dia (5) tidak
mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya (6) apa yang ada di langit dan apa yang
ada di bumi; Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah (7) tanpa izin-Nya
(8). Allah (9) mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka dan dibelakang mereka,
dan mereka tidak mengetahui sesuatu dari ilmu Allah (10), melainkan apa yang
dikehendaki-nya (11). Kursi (pengetahuan/kekuasaan)-Nya (12) meliputi langit dan
bumi. Allah (13) tidak merasa berat memelihara keduanya dan Allah (14) Maha
Tinggi (15) lagi Maha Besar (16)”.
Yang
menunjuk kepada Allah tetapi tersirat adalah kalimat "hifzuhumaa”
karena patron kata semacam ini menyiratkan kalimat "laa yauuduhu an
yahfazahumaa huwa" (tidak lelah Dia memelihara keduanya), sehingga kata
"Dia" yang nampak dalam terjemahan di atas, pada hakekatnya tersirat
dalam redaksi "Hifzuhumaa".
Ayat
al-Kursi demikian pula al-Mu'awwizatain dipilih untuk dibaca baik dalam konteks
tahlil, maupun bukan, karena ayat-ayat tersebut mengandung makna perlindungan,
serta kewajaran Allah untuk dimohonkan kepada-Nya perlindungan, baik bagi yang
masih hidup maupun yang telah berpulang.
Hal
kedua yang dapat dikemukakan dalam konteks pemahaman rasional adalah hal yang
berkaitan dengan kandungan pesan ayat ini. Apabila yang membaca ayat
al-Kursi menghayati maknanya dan hadir dalam jiwa dan benaknya kebesaran Allah
yang dilukiskan oleh kandungan ayat ini, maka pastilah jiwanya akan dipenuhi
pula oleh ketenangan.
"Allahu
laa ilaaha illa huwa” (Allah tiada Tuhan selain Dia). Allah adalah Tuhan yang
menguasai hidup mati makhluk, yang hanya kepada-Nya saja tertuju segala
pengabdian.
Boleh
jadi ketika itu, terlintas di dalam benak si pembaca, bisikan Iblis yang berkata
bahwa yang dimohonkan pertolongan dan perlindungannya itu, dahulu pernah ada,
tetapi kini telah "mati", maka penggalan ayat berikutnya,
meyakinkannya tentang kekeliruan dugaan tersebut, yakni dengan sifat
"al-Hayyu" (yang Maha Hidup dengan kehidupan yang kekal).
Boleh
jadi Iblis datang lagi dengan membawa keraguan dengan berkata: "Memang Dia
hidup kekal, tetapi Dia tidak pusing dengan urusan manusia, apalagi si
‘pemohon’”. Kali ini penggalan ayat berikut menampik kebohongan ini dengan
firman-Nya "al-Qayyum" (yang terus menerus mengurus mahkluk-Nya), dan
untuk lebih meyakinkan dilanjutkannya uraian sifat Allah itu dengan menyatakan:
"laa ta'khuzuhu sinatun wa laa nauwm" (Dia tidak disentuh oleh kantuk
atau tidur) sehingga Dia terus menerus dalam keadaan jaga dan siaga. Dengan
penjelasan ini hilang keraguan yang dilemparkan iblis itu.
Setelah
itu boleh jadi iblis datang lagi dengan membisikkan bahwa: "Dia tidak kuasa
menjangkau tempat di mana si pemohon berada, atau kalaupun Dia sanggup, jangan
sampai Dia ‘disogok’ oleh yang bermaksud membinasakan si pemohon”, maka
untuk menampik bisikan jahat ini, penggalan ayat berikut tampil dengan gamblang
menyatakan "lahuu maa fis-samawati wa maa fil ardhi” (Milik-Nya apa yang
ada di langit dan di bumi serta keduanya berada dibawah kekuasaan-Nya).
Tidak
hanya itu, tetapi ini berlanjut dengan firman-Nya: "man zallazi yasyfa'u
'indahu illa biiznihii" (Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah
kecuali seizin-Nya) dalam arti tidak ada lagi yang dapat melakukan sesuatu tanpa
izin-Nya. Dia demikian perkasa sehingga berbicara dihadapan-Nya pun harus
setelah memperoleh restu-Nya, bahkan apa yang disampaikan harus sesuatu yang hak
dan benar. Karena itu jangan menduga akan ada permintaan yang bertentangan
dengan keadilan dan kebenaran.
Kini
boleh jadi iblis belum putus asa meragukan pembaca ayat ini. Ia berkata lagi:
"Musuh anda mempunyai rencana yang demikian rinci sehingga tidak diketahui
Tuhan." Lanjutan ayat al-Kursi menampik bisikan ini : "Ya'lamu maa
baina aidiihim wa maaa khalfahum" (Dia mengetahui apa-apa yang dihadapan
mereka dan di belakang mereka). Yakni Allah mengetahui apa yang mereka lakukan
dan rencanakan baik yang berkaitan dengan masa kini dan datang maupun masa
lampau, dan juga "wa laa yuhbithuuna bisya'i-in min 'ilmihi illa
bimaasyaa-a". (Mereka tidak mengetahui sedikitpun dari ilmu Tuhan
melainkan apa yang dikehendaki Tuhan untuk mereka ketahui).
Ini
berarti bahwa apa yang direncanakan Tuhan tidak dapat mereka ketahui kecuali apa
yang disampaikan Tuhan kepada mereka. Untuk lebih meyakinkan lagi
dinyatakan-Nya: "wasi'a kursiyuhus samawati wal ardhi” (kekuasaan dan
ilmu-Nya mencakup langit dan bumi) bahkan alam raya seluruhnya.
Kini
sekali lagi, boleh jadi iblis datang dengan godaan barunya. "Kalau demikian
terlalu luas kekuasaan Tuhan dan terlalu banyak jangkauan urusan-Nya, Dia pasti
letih dan bosan mengurus semua itu". Penggalan ayat berikut sekaligus
penutupnya menampik keraguan ini, dengan firman-Nya "Laa yauuduhuu
hifzuhuma wa huwal 'aliyyul 'azhim"(Allah tidak merasa berat memelihara
keduanya dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Agung). Demikian ayat al-Kursi
menanamkan dalam jiwa pembacanya kebesaran dan kekuasaan, serta kemampuan Allah
swt. memelihara dan melindungi siapa yang tulus bermohon kepada-Nya.