37. WARISAN PARA AWLIYA :
'AMR
BIN 'UTSMAN
Abu
Abdullah 'Amr bin 'Utsman al-Makkiy, salah seorang murid Junaid mengunjungi
Isfahan dan meninggal dunia di kota Bagdad pada tahun 291 H/904 M atau
pada tahu 297 H/910 M.
AMR
BIN 'UTSMAN AL-MAKKIY & KITAB RAHASIA
Suatu
hari 'Amr bin 'Utsman al-Makkiy menterjemahkan Kitab Rahasia di atas sehelai
kertas. Kertas tersebut ditaruhnya di bawah sajadahnya. Ketika ia pergi bersuci,
saat itu ia dengar ada kegaduhan, lalu ia menyuruh seorang hambanya untuk
mengambil kertas tersebut. Si hamba membalik sajadah itu, ternyata kertas
tersebut telah hilang. Hal ini segera disampaikannya kepada tuannya.
"Buku
itu telah hilang dicuri orang", 'Amr bin 'Utsman berkata.
Kemudian
ia menambahkan, "Orang yang mencuri Kitab Rahasia itu niscaya dalam waktu
dekat ini akan dipotong kaki dan tangannya. Ia akan dimasukkan ke dalam
kurungan, kemudian dibakar dan abunya diterbangkan angin. Pada saat ini pastilah
ia telah sampai ke tempat Rahasia itu".
Sesungguhnya
inilah yang tertulis di dalam Kitab Rahasia itu : Ketika roh ditiupkan ke dalam
tubuh Adam, Allah memerintahkan kepada semua malaikat untuk bersujud kepadanya.
Semuanya bersujud ke atas tanah. Tetapi Iblis berkata : "Aku tidak mau
bersujud.Akan kupertaruhkan hidupku, dan akan kulihat rahasia manusia itu
walaupun karena itu aku akan dikutuk, disebut ingkar, berdosa dan munafik".
Iblis
tidak bersujud. Oleh karena itu ia dapat melihat dan mengetahui rahasia manusia,
dan hanya manusia sajalah yang mengetahui rahasia Iblis. Jadi Iblis dapat
mengetahui rahasia manusia karena ia tidak mau bersujud dan karena tak bersujud
itulah ia memegang sebuah rahasia. Semua
makhluk membenci Iblis karena rahasia mereka telah dilihatnya.
"Kami
telah menguburkan rahasia itu di dalam tanah", mereka berkata.
"Syarat
untuk mendapatkan rahasia ini adalah seseorang yang melihatnya akan dipenggal
kepalanya agar rahasia ini tidak dibocorkannya".
"Di
dalam hal ini, berilah aku kelonggaran" si Iblis berseru.
"Janganlah kalian membunuhku. Sesungguhnya aku telah mengetahui rahasia itu. Rahasia itu diperlihatkan kepadaku sewaktu mataku ini awas".
Pedang
Aku Tak Peduli berkumandang : "Engkau adalah diantara orang-orang yang
diberi kelonggaran. Kami beri engkau kelonggaran, tetapi Kami membuat manusia
waspada terhadapmu. Jadi walau engkau tidak Kami binasakan, engkau akan
dicurigai dan dicap sebagai pendusta,
Ia
adalah syaithan. Betapakah ia akan mengatakan kebenaran ? Oleh karena itu ia
dilaknat, ditolak, ditinggalkan dan diabaikan. Demikian terjemahan Kitab Rahasia
oleh 'Amr bin 'Utsman.
'AMR
BIN 'UTSMAN MENGENAI CINTA
Di
dalam Kitab Mengenai Cinta, 'Amr bin 'Utsman menyatakan sebagai berikut. Allah
Yang Maha Besar menciptakan hati, tujuh puluh ribu tahun sebelum sukma, dan hati
itu dimasukkan-NYA ke dalam Taman Shilaturrahmi. Dia menciptakan rahasia, tujuh
puluh ribu tahun sebelum hati, dan rahasia ini dimasukkan-NYA ke dalam derajad
keesaan.
Setiap
hari Allah memperlihatkan tiga ratus enam puluh kali kurnia dan memperdengarkan
tiga ratus enam puluh kata cinta kepada sukma. Setiap hari diperlihatkan-NYA
tiga ratus enam puluh kegembiraan silaturrahmi kepada hati. Setiap hari
diperlihatkan-NYA tiga ratus enam puluh kali keindahan kepada rahasia.
Maka
mereka dapat melihat segala sesuatu di dalam dunia ini, dan mereka menyangka
bahwa tiada sesuatupun yang lebih berharga dari pada mereka. Kesombongan dan
keangkuhan terwujud di dalam diri mereka.
Oleh
karena itulah Allah menguji mereka. Disembunyikan-NYA rahasia di dalam sukma dan
disembunyikan-NYA sukma di dalam hati. Kemudian disembunyikan-NYA hati di dalam
jasmani. Kemudian diberi-NYA akal kepada mereka.
Allah
mengutus para Nabi dengan perintah-perintah-NYA. Dan setiap orang di antara
mereka berusaha mencari tempatnya masing-masing. Allah memerintahkan agar mereka
shalat, maka jasmanipun melakukan shalat, hati mencapai cinta, sukma menjadi
lebih dekat kepada-NYA, dan rahasia berpadu dengan keesaan.
'AMR
BIN 'UTSMAN BERKIRIM SURAT KEPADA JUNAID
Ketika berada di Mekkah, 'Amr bin 'Utsman menulis surat kepada Junaid, Jurairi dan Syibli di negeri Irak. Beginilah bunyi suratnya :
"Ketahuilah
oleh kalian, wahai tokoh-tokoh terkemuka dan ketua-ketua di negeri Irak, bahwa
kalian harus mengatakan kepada setiap orang yang ingin berkunjung ke negeri
Hijaz dan menyaksikan keindahan Ka'bah, Engkau tidak sampai ke sana kecuali
dengan semangat yang gundah. Dan katakan kepada setiap orang yang menginginkan
permadani kehampiran-NYA dan istana keagungan-NYA, Engkau tidak akan sampai ke
sana kecuali dengan sukma yang gundah".
Di akhir surat itu 'Amr bin 'Utsman menulis,
"Inilah
sebuah pesan dari 'Amr bin 'Utsman al-Makkiy dan ketua-ketua negeri Hijaz yang
senantiasa bersama DIA, di dalam DIA, dan karena DIA. Jika salah seorang
diantara kamu mempunyai cita-cita yang luhur, maka katakanlah kepadanya :
Ambilah jalan ini di mana terdapat dua ribu gunung berapi yang menggelegar dan
dua ribu samudra yang penuh badai dan mara bahaya.
Setelah
menerima surat itu, Junaid memanggil ketua-ketua negeri Irak untuk berkumpul.
Kemudian setelah membacakan surat itu kepada mereka, Junaid bertanya :
"Apakah
yang dimaksud dengan gunung-gunung di dalam surat ini?"
"Yang
dimaksud dengan gunung-gunung tersebut adalah ketiadaan", jawab mereka,
"Sebelum
seorang manusia seribu kali ditiadakan dan seribu kali dihidupkan kembali, ia
tidak akan dapat
"Dan apa pula yang dimaksud di antara dua ribu gunung berapi itu baru satu saja yang pernah kudaki", kata Junaid.
"Engkau cukup beruntung karena telah melalui salah satu diantara gunung-gunung itu", Jurairi berkata, "hingga saat ini baru tiga langkah yang aku tempuh". Syibli terisak-isak, kemudian berkata :
"Engkau
beruntung Junaid, karena telah melalui sebuah gunung. Dan Engkaupun beruntung
Jurairi, karena telah menempuh tiga langkah. Hingga saat ini aku belum melihat
debu-debunya baik dari kejauhan sekalipun".