36. Warisan Para Awliya :

ABU SA'ID AL-KHARRAZ

 

 

Abu Sa'id Ahmad bin Isa al-Kharraz dari Bagdad adalah seorang tukang sepatu, ia telah berjumpa dengan Dzun Nun al-Mishri, dan bersahabat dengan Bisyr al-Hafi dan Sari as-Saqathi. Dialah yang dianggap telah merumuskan doktrin mistik mengenai kelepasan (dari sifat-sifat manusiawi) dan kelanjutan dan kelanjutan (didalam sifat-sifat Illahi). Banyak buku-buku yang telah ditulisnya dan sebagian diantaranya masih dapat diketemukan pada saat ini. Tanggal kematiannya belum dapat dipastikan, mungkin sekali antara tahun 279 H/ 892 M dan 286 H/ 899 M.

 

 

AJARAN ABU SA'ID AL-KHARRAZ

 

Abu Sa'id al-Kharraz dijuluki sebagai "lidah sufisme".Dia mendapat julukan demikian karena tidak seorangpun di dalam masyarakat sufi ini yang dapat menerangkan kebenaran mistik seperti dia. Dia telah mengarang empat ratus buah buku dengan tema disasosiasi dan kekokohan dari segala macam pengaruh.Dan sesungguhnya dia adalah seorang tokoh yang sulit dicari tandingannya.

 

Abu Sa'id berasal dari Baghdad, pernah bertemu dengan Dzun Nun, dan bersahabat baik dengan Bisyr dan Sari as-Saqathi. Dialah tokoh sufi yang pertama sekali mengemukakan teori "kelepasan" dan "kelanjutan" dalam pengertian mistik dan memadatkan keseluruhan doktrinnya ke dalam kedua buah istilah ini. Theolog-theolog tertentu penganut eksoterik tidak setuju dengan ajaran-ajarannya yang pelik tersebut, dan menuduhnya telah berbuat fitnah karena ucapan-ucapan tertentu yang mereka jumpai di dalam karya-karyanya.

 

Terutama sekali mereka mengecam "KitabigRahasianya", khususnya satu bagian buku itu yang tidak dapat mereka pahami sebagaimana yang seharusnya. Di dalam bagian itulah Abu Sa'id mengatakan :

 

"Seorang hamba Allah yang telah kembali kepada Allah, mentautkan dirinya kepada Allah, dan berada di dekat Allah, maka ia sama sekali lupa kepada dirinya sendiri dan segala sesuatu kecuali Allah, sehingga apabila engkau bertanya kepadanya, apa yang dicarinya maka tak sesuatupun jawaban yang diucapkannya kecuali 'Allah, Allah'".

 

Bagian lain di dalam karya-karya Abu Sa'id yang sering dikecam orang adalah pernyataan berikut ini :

 

Jika salah seorang di antara tokoh-tokoh mistik ini ditanyakan, "Apakah yang engkau kehendaki ?', maka jawabnya 'Allah'.   Jika di dalam keadaan seperti ini setiap anggota tubuhnya dapat berkata-kata maka semuanya akan mengatakan 'Allah, Allah'.Karena setiap anggota dan sendi-sendi tubuhnya telah bermandikan nur Allah sehingga ia pun hanyut ke dalam Allah.Begitu dekat ia kepada Allah sehingga tak seorangpun dapat mengatakan 'Allah' di depannya, karena segala sesuatu yang bergerak dari realitas kepada realitas dan dari Allah kepada Allah. Karena bagi manusia kebanyakan, tidak sesuatu juapun berasal dari Allah, maka bagaimanakah mereka dapat mengucapkan 'Allah'.Disinilah semua akal dari manusia-manusia yang berpikir berakhir di dalam ketakjuban"

 

Abu Sa'id pernah pula berkata :

 

"Kepada semua manusia diberi pilihan, berada jauh atau dekat kepada Allah.Aku sendiri memilih berada jauh dari Allah, karena aku tidak kuat menanggungkan beban kehampiran itu".

 

Secara sama Lukman pernah berkata : "kepadaku diberi pilihan, kebijaksanaan atau kesanggupan untuk melihat kejadian di masa mendatang.Aku memilih kebijaksanaan karena aku tidak kuat menanggungkan beban dari kesanggupan melihat ke masa depan itu".

 

Abu Sa'id mengisahkan mimpi-mimpi yang berikut ini :

 

Pada suatu ketika aku bermimpi dua malaikat turun dari langit dan bertanya kepadaku : "Apakah kesetiaan itu?".   

 

Akupun menjawab : "Memenuhi perjanjian dengan Allah".   

"Jawabanmu benar", malaikat-malaikat itu berkata dan keduanya terbang lagi ke atas langit.

 

Kemudian aku bermimpi bertemu dengan Nabi.   

Ia bertanya kepadaku : "Apakah engkau mencintai aku ?"   

"Maafkanlah aku", aku menjawab.  

"Karena cintaku kepada Allah, membuat aku tak sempat mencintaimu".  

Kemudian Nabi berkata : "Barangsiapa mencintai Allah sesungguhnya ia mencintaiku pula".

 

Dalam sebuah mimpi yang lain aku bertemu dengan Iblis. Aku mengambil sebuah tongkat untuk memukulnya. Tetapi di saat itu juga terdengar olehku seruan dari langit : "Ia tidak takut kepada tongkat itu, yang ditakutinya adalah cahaya di dalam hatimu".   

 

Kemudian aku berkata kepada Iblis : "Kemarilah!".   

Si Iblis menjawab : "Apalah dayaku terhadapmu?   Engkau telah mencampakkan sesuatu yang dapat kugunakan untuk menyesatkan manusia".  

"Apakah itu?", tanyaku.  

"Dunia", jawabnya.

 

Kemudian ketika meninggalkanku, ia menoleh ke belakang dan berkata : "Ada suatu hal kecil di dalam diri manusia yang dapat kugunakan untuk mencapai tujuanku".   

"Apakah itu?", aku bertanya.   

"Duduk bersama dengan para remaja", jawab Iblis.

 

Ketika berada di Damaskus, sekali lagi aku bertemu dengan Nabi di dalam mimpi.Sambil ditopang oleh Abu Bakar dan Umar Nabi menghampiriku.  Ketika itu aku sedang menyenandungkan sebait syair sambil menepuk-nepuk dada.   

Nabi berkata kepadaku : "Keburukannya lebih besar dari kebaikannya". Yang dimaksudnya adalah bahwa seseorang jangan suka bersyair.

 

Abu Sa'id al-Kharraz mempunyai dua orang putera. Salah satu seorangnya telah meninggal dunia. Pada suatu malam Sa'id al-Kharraz bermimpi bertemu dengan puteranya yang telah meninggal dunia itu.   

"Nak, apakah yang telah dilakukan Allah terhadapmu?" Abu Sa'id bertanya.   

"Dia membawaku ke hadirat-NYA dan banyak memberi kebahagiaan kepadaku", jawab puteranya.   

"Nak, berilah aku sebuah petuah", Abu Sa'id memohon kepada anaknya.   

Puteranya menjawab : "Ayah, janganlah berpikiran suram mengenai Allah".   

"Lanjutkanlah!", pinta Abu Sa'id.   

"Ayah, jika kukatakan niscaya engkau tidak akan sanggup melaksanakannya".   

"Aku bermohon kepada Allah untuk menguatkan diriku", jawab Abu Sa'id.  

"Ayah, jangan biarkan sehelai benangpun memisahkanmu dari Allah".

 

Diriwayatkan bahwa selama tiga puluh tahun sejak ia bermimpi itu hingga wafatnya Abu Sa'id tidak pernah melupakan mimpinya itu.