32. DZIKIR KHAFIY

 

 

Berikut ini tulisan Dr Nurcholis Majid mengenai "Dzikir Khafiy (Rahasia)" dalam bukunya Pintu-Pintu Menuju Tuhan (diterbitkan oleh Paramadina, Jakarta). Semoga tulisannya membawa manfaat bagi yang membacanya.

----------------------------------------------------------------------

 

Pembicaraan tentang masalah ini menyangkut bidang ilmu tasawuf. Yaitu ilmu yang banyak mendalami dan menekankan amalan batin manusia. Dikalangan kaum Syi'ah Isma'iliah ( yang sekarang dipimpin oleh Aga Khan yang terkenal itu) tekanan kepada amalan batin tersebut sedemikian rupa sentralnya sehingga mereka disebut Kaum Kebatinan (al-Bathiniyyun). Imam al-Ghazali yang terkenal itu menulis karya polemis terhadap mereka, meskipun ia sendiri juga mengembangkan ajaran tentang olah batin yang sangat lengkap dan tangguh, khususnya dalam kitabnya, Ihya Ulum al-Din.

 

Tetapi karena dasar-dasarnya juga ada dalam prinsip-prinsip ajaran agama secara keseluruhan, maka sudah barang tentu akan bermanfaat pula untuk setiap pemeluk agama. lebih-lebih setelah masalah kebatinan ini digarap dalam ilmu tasawuf, termasuk melalui pena al-Ghazali juga, dan diusahakan untuk diletakkan di bawah pengawasan ajaran standar,dalam hal ini bisa disebut syari'ah.

 

Di kalangan kaum sufi itu dikenal adanya dzikr jahr dan dzikr khafiy. Dzikr tentu saja artinya ialah ingat, dan disini yang dimaksud ialah ingat kepada Allah. Dzikr Jahr ialah yang dilakukan dengan suara keras atau secara nampak lahir (jahr artinya keras), dan dzikr khafiy ialah yang dilakukan secara diam-diam atau rahasia (khafiy berarti samar atau tersembunyi).

 

Agama membenarkan seorang melakukan kebaikan dengan memperlihatkan amalnya itu atau merahasiakannya atau memandangnya sebagai urusan pribadi dia dengan Tuhan. Kemudian ada amal kebajikan yang sebaiknya, mungkin seharusnya, diketahui orang banyak disebabkan kuatnya dimensi sosial kebajikan itu. Karena itu berkenaan dengan dzikr jahr dan dzikr khafiy, terkaitkan firman Tuhan:

"Sesungguhnya mereka yang takut kepada Tuhan mereka dalam kegaiban, bagi mereka adalah ampunan dan pahala yang agung. Dan lirihkanlah ucapanmu, atau keraskanlah, sesungguhnya Dia maha Tahu akan segala isi dada". (QS. al-Mulk/67:12-13).

 

Tapi, kalau derma yang berdimensi sosial sangat kuat itupun lebih baik jika dilakukan secara diam-diam dan anonim demi memelihara keutuhan keikhlasan hati, maka lebih-lebih lagi perihal ingat kepada Allah, jelas lebih utama dilakukan secara private, dalam hati dan tanpa demonstrasi. karena itu difirmankan dalam Kitab Suci,

"Serulah (berdoalah) kamu semua kepada Tuhanmu dengan penuh rendah hati dan suara lirih. Sesungguhnya Dia tidak suka kepada mereka yang melampaui batas" (QS.al-A'raf/7:55).

 

Juga firman-Nya,

 

"Dan ingatlah Tuhanmu dalam jiwamu dengan penuh rendah hati dan rasa takut, serta tanpa mengeraskan ucapan (suara), di pagi dan petang, dan janganlah engkau tergolong mereka yang lalai". (QS. al-A'raf/7:205)

 

Oleh karena ingat kepada Allah atau dzikr itu pada dasarnya adalah dalam batin kita yang paling mendalam, maka ia bisa dilakukan pada setiap waktu dan di setiap tempat, serta dalam keadaan bagaimanapun. Inilah sifat utama orang-orang yang berakal budi, yang mendapat bimbingan Ilahi (lihat QS. Al Imran/3:191). Maka sesungguhnya shalat, misalnya diajarkan agar kita ingat kepada Allah yang penuh rendah hati dan privacy itu. "Dan pastilah ingat kepada Allah itu lebih agung". (QS. al-Ankabut/29:45).