2. TAFSIR SURAT
AL-FATIHAH
Abu
Hurairah r.a. meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda :
"Demi
(Allah) yang jiwaku berada di tanganNya, tidaklah Allah menurunkan satu suratpun
yang semisal dengan Surat Al-Fatihah, baik itu di Taurat, Injil maupun di
Al-Qur'an".
Surah Al-Fatihah terdiri dari tujuh ayat dan termasuk surah Makkiyah, menurut pendapat Abdullah bin Abbas, Qatadah, dan Abul Aliyah.
Dinamakan
Al-Fatihah yang berarti 'Pembuka',
karena surat ini merupakan pembuka (permulaan) dari Al-Qur'an secara tulisan.
Dinamakan juga dengan Ummul Qur'an (induk Al-Qur'an), karena seluruh Al-Qur'an berkisar
pada pokok-pokok yang dikandungnya.
Dinamakan juga dengan Ash-Shalah, karena ia merupakan rukun shalat. Shalat tidak sah
tanpanya. Dinamakan dengan Asy-Syifaa',
yang berarti obat, karena Al-Fatihah bisa dijadikan obat untuk dua jenis
penyakit, dhahir maupun batin, dan masih ada lagi beberapa nama lainnya untuk
surat Al-Fatihah ini.
TAFSIR
AYAT
Syeikh Abu Bakar Jabir Al-Jazaa'iry, dalam Aisaru At-Tafaasir-nya menjelaskan makna ayat-ayat dari surat yang mulia ini. Beliau menulis, Allah SWT memberitahukan bahwa segala macam pujian, baik itu berupa sifat keagungan atau kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Sebab, Dia-lah Rabb dari segala sesuatu, Pencipta dan Pemiliknya. Kewajiban kita adalah memujiNya.
Kemudian Allah SWT mengagungkan diriNya sendiri, bahwa Dia-lah yang menguasai segala yang ada di hari kiamat. Pada hari itu, tidak seorang pun berkuasa atas orang lain. Dia (Allah SWT)-lah satu-satunya pemilik dan Penguasa.
Selanjutnya Allah SWT
mengajarkan kepada kita, suatu cara agar permintaan dan doa kita
diterima/dikabulkan. Dengan kata lain, Allah SWT berfirman : "Pujilah
Allah dan agungkanlah Ia, serta konsistenlah dengan hanya beribadah dan meminta
pertolongan kepadaNya, bukan kepada yang lain."
Lalu dengan pengajaran dari Allah SWT, seorang hamba akan meminta kepada Allah SWT untuk dirinya dan saudara-saudaranya, agar hidayah yang Allah SWT berikan kepada mereka dilanggengkan, sehingga tidak terputus. Akhirnya, setelah mereka meminta ditunjukkan kepada 'jalan yang lurus', Allah SWT menjelaskan, yang dimaksud dengan jalan yang lurus adalah jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang diberi nikmat, yang itu merupakan manhaj (konsep) yang lurus, yang akan mengantarkan seorang hamba kepada keridhaan Allah SWT dan jannahNya. Jalan itu adalah Islam, yang tegak berdiri di atas pondasi iman, ilmu dan amal, disertai dengan menjauhi kemusyrikan dan kemaksiatan. Jalan itu bukanlah jalannya orang-orang yang dimurkai oleh Allah SWT dan bukan pula jalan mereka yang sesat.
Ibnu Katsir r.a.
menjelaskan, bahwa yang dimaksud dengan orang-orang yang diberi nikmat adalah
orang-orang yang disebut oleh Allah SWT dalam surat An-Nisaa' ayat 69. Mereka
adalah para nabi, shiddiqiin, syuhada dan shalihiin. Sedangkan yang
dimaksud dengan orang-orang yang mendapatkan murka adalah orang-orang Yahudi.
Mereka dimurkai, karena mereka tahu akan kebenaran, tetapi mereka berpaling
darinya.
Adapun orang-orang yang sesat adalah orang-orang Nasrani. Mereka bodoh dan beribadah menurut kemauan mereka sendiri, tanpa ilmu. Sebenarnya, baik Yahudi maupun Nasrani, semuanya sama-sama mendapat murka dan tersesat. Hanya saja, sifat khusus 'mendapatkan murka' diperuntukkan bagi Yahudi, karena mereka tidak mau beramal, dan sifat khusus 'tersesat' disandangkan kepada orang-orang Nasrani, karena tidak mau berilmu. Maka kalau kita tidak mau berilmu atau beramal, berarti sejenis dengan Nasrani atau Yahudi. Na'udzu billah....
KANDUNGAN
AYAT
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah r.a. menyatakan bahwa surat Al-Fatihah ini memuat pokok-pokok dienul Islam secara global tapi sempurna. Ada tiga hal pokok, yaitu:
1.
Tauhid
Melalui surat ini,
Allah SWT 'mengenalkan diri' kepada makhluk-makhlukNya dengan lima nama, yaitu Allah,
Ar-Rabb, Ar-Rahmaan, Ar-Rahiim, dan Al-Malik.
Allah
Nama 'Allah' adalah nama yang mewakili seluruh Al-Asmaa' Al-Husna (nama-nama baik yang berjumlah 99, yang Allah SWT sifatkan kepada diriNya sendiri) dan Ash-Shifat Al-Ulya (sifat yang tinggi/mulya). Nama ini menunjukkan IlahiyahNya. Sifat Ilahiyah adalah sifat kesempurnaan yang jauh dari tasybih (penyerupaan), tamtsil (permisalan), kekurangan dan cacat. Seluruh asmaa' al-husna adalah perincian dari sifat ini. Nama 'Allah' menunjukkan bahwa Allah SWT adalah Al-Ma'luuh, yang diibadahi. Semua beribadah kepadaNya dengan penuh ketundukan dan kecintaan dan pengagungan.
Ar-Rabb
Ar-Rabb artinya penguasa, yang mengatur segalanya. Secara khusus, semua sifat fi'il (perbuatan) dan qudrah (kekuasaan) dan segala yang berkenaan dengan kepengaturan alam berhubungan erat dengan nama Ar-Rabb.. Allah SWT adalah Rabb segala sesuatu. Penciptanya dan yang Maha Mampu untuk melakukan apa saja. Tidak ada sesuatu pun yang keluar dari rububiyyah-Nya.
Ar-Rahmaan
Nama 'Ar-Rahmaan' adalah pecahan kata 'rahmah', untuk menunjukkan intensitas yang sangat. Selanjutnya, nama Ar-Rahmaan menunjukkan bahwa segala sifat ihan, kasih, sayang, lembut, derma, pemurah dan baik, ada pada Allah SWT. Sifat rahmaan Allah SWT yang dikandung oleh nama Ar-Rahmaan ini berlaku untuk semua makhluk, yang beriman maupun yang kafir. Rahmah di sini meliputi segala hal yang berkenaan dengan penghidupan/kelangsungan hidup.
Ar-Rahiim
Seperti halnya 'Ar-Rahmaan', Ar-Rahiim adalah pecahan kata 'rahmah'. Bedanya, sifat rahmah Allah SWT yang terkandung dalam nama ini dikhususkan untuk mereka yang beriman saja, di akherat.
Al-Malik
Al-Malik artinya raja atau penguasa. Penguasa atas segalanya. Dikhususkannya hari pembalasan sebagai milik atau kekuasaan Allah SWT dalam surat ini, bukanlah berarti dunia tidak termasuk milik/kekuasaan Allah SWT. Sebenarnya Allah SWT yang menguasai hari dunia dan hari pembalasan. Adapun pengkhususan di sini, karena pada hari pembalasan nanti, tidak ada seorang pun yang akan mengaku-aku/mendakwakan diri sebagai pemilik/penguasanya. Juga, pada hari itu tidak ada seorang pun yang berbicara, kecuali telah mendapat ijin dariNya.
Seorang yang membaca
dan memahami makna surat ini, mau tidak mau dia telah mengitsbatkan (menetapkan)
tiga jenis tauhid, rububiyah, uluhiyah, dan asma' wa ash-shifat. Ketika ia
membaca : "Al-Hamdu lillahi
rabbil aalamiin", berarti ia telah memuji Allah SWT. Pujian yang
mencakup keagungan dan ketinggian sifat-sifat Allah SWT. Pujian yang berkenaan
dengan asma' wa ash-shifat tanpa ta'wil, tamtsil dan takyif (menanyakan
bagaimana hal itu bisa terjadi). Pun surat ini memuat bebarapa asma yang
semuanya menunjukkan sifat seperti tersebut di atas.
Lalu seseorang yang
memuji, pastilah seseorang yang mencintai dan ridha. Orang yang membaca 'alhamdu
lillah rabbil aalamiin' secara tidak langsung menyatakan cinta dan keridhaannya
kepada Allah SWT. Cinta adalah asas dibangunnya tauhid uluhiyyah. Juga ayat 'Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'iin'. Seseorang yang membacanya sama
saja telah berikrar, selalu akan berkonsisten dalam beribadah kepadaNya dan akan
minta pertolongan hanya kepadaNya. Yang tersisa tinggallah perbuatan, yang akan
membuktikan benar atau tidak pengakuan/ucapannya tersebut. Adapun tauhid
rububiyah, seseorang yang mengingkarinya tidak akan membaca surat ini, kecuali
hanya sebatas batang lehernya saja.
2.
Tentang hari akhir
Ayat 'Maaliki yaumiddin' menunjukkan bahwa setelah berakhirnya kehidupan di dunia ini, akan ada pembalasan. Di sana, hanya Allah-lah yang berkuasa dan akan menghakimi seluruh manusia dengan keputusan yang paling adil. Keputusan berkenaan dengan pembalasan atas segala amal yang telah diperbuat oleh manusia. Amal yang baik akan dibalas dengan kebaikan dan perbuatan dosa akan dibalas dengan siksaan, kecuali bagi yang mendapatkan maghfirah (ampunan) dariNya.
3.
Tentang kenabian
Surat Al-Fatihah ini
mengitsbatkan kenabian dari berbagai arah, diantaranya:
* Allah SWT adalah Al-Ma'luuh (yang diibadahi). Hamba-hambaNya tidak akan pernah tahu bagaimana cara beribadah kepadaNya, kecuali melalui para rasulNya.
* Disebutkannya keberadaan hari pembalasan atas amal. Tentunya Allah SWT tidak akan mengadzab seseorang pun jika belum menyampaikan hujjah melalui lisan para rasulNya.
* Terklasifikasikannya hamba-hambaNya menjadi orang-orang yang diberi nikmat dan orang-orang yang sesat. Klasifikasi ini sangatlah berkaitan dengan tersampaikannya kebenaran. Sebagian hambaNya mau mendengar dan mengamalkannya, sebagian yang lain mendengar tetapi tidak mau mengamalkannya, dan sebagian lagi beramal semaunya, tanpa mau mendengar kebenaran. Yang pasti, kebenaran telah disampaikan oleh para rasul Allah SWT.
MEMBACA
AMIN
Disunnahkan bagi orang yang membaca surat Al-Fatihah --di dalam maupun di luar shalat--, untuk membaca 'amiin', apabila telah menyelesaikannya. Kata 'amiin' berarti 'Ya Allah, kabulkanlah’.
Oleh :