18. SEBESAR APAPUN DOSA, KALAU MEMANG MAU BERTOBAT,
TETAP
AKAN ADA JALAN
( Riwayat oleh : Imam Bukhari Muslim, dari Abu Sa`id Al Khudri
)
Pada zaman dahulu, ada seseorang yang ringan tangan dalam mencabuti nyawa-nyawa
orang yang dijahatinya.Hampir setiap hari ada saja korbannya. Semuanya dia
hitung. Sampai suatu hari jumlah orang yang telah dibunuhnya telah mencapai 99
orang. Jadi boleh saja ia kita katakan sebagai penjagal manusia. Intinya ia
mempunyai perilaku yang sangat kejam. Rupanya terselip rasa bersalah dihatinya.
Lama-lama ia mulai merenungi dirinya selama ini, dan ternyata hidupnya sepanjang
waktu bergelimang dosa.
"Aku ingin bertobat, jika aku terus-terusan hidup begini, maka aku pasti
menyia-nyiakan hidupku. Aku telah aniaya selama ini.Aku ingin bertobat,...Aku
mesti menyudahi semua ini dan segala perbuatan kejam lainnya. Tapi apakah itu
mungkin ? Dosaku sudah terlampau berat." Demikian pikir si jahat ini dalam
hati.
Ia kemudian memutuskan mencari bantuan orang yang akan bisa menolongnya ke arah
itu. Maka pergilah sijahat tadi mencari orang alim dan ingin bertaubat
didepannya.
Dalam pencariannya itu, bertepatan ada yang memberinya petunjuk untuk mendatangi
seorang yang alim disebuah desa. Pergilah ia menemui orang alim itu. Setelah
berada didepannya, maka pemuda jahat lagi kejam tadi menceritakan siapa dirinya
dan maksud kedatangannya.
"Hai orang alim, aku pembunuh yang sudah membunuh 99 nyawa orang. Apakah masih ada jalan bagi saya untuk bertaubat ?"
Setelah
mendengar penjelasan dari pemuda tadi, segera saja orang alim tersebut menjawab.
"Tidak, tidak ada ! Tidak ada taubat untukmu karena perbuatan kamu itu
terlalu sadis."
Mendengar jawaban orang alim tersebut semacam itu, marahlah ia dan seketika itu
pula dibunuhnya lagi orang alim itu. Kini genaplah ia telah membunuh 100 nyawa
orang. Karena hatinya ingin betul-betul bertaubat, ingin menyudahi perbuatan
keji ini dengan sungguh-sungguh, maka ia tetap meneruskan untuk mencari lagi
orang alim yang mau menerima penyesalannya. Sambil berjalan ia membatin,
"Kiranya
gerangan siapakah dan dimana dari penduduk bumi ini yang terpandai dan alim ?
Kepadanya akan aku haturkan penyesalan ini."
Bertemulah ia kepada orang alim yang lain. Kepada orang tua itu ia menceritakan
bahwa ia sudah membunuh 100 orang. Dan, dengan penganiayaan yang keji ini, ia
mempertanyakan apakah masih ada pintu taubat untuknya. Setelah mendengar keluh
kesahnya dengan seksama, si orang tua yang alim ini akhirnya memberikan jawaban
yang dinanti-nanti.
"Hai
anak muda, tetap masih ada pintu taubat untukmu. Siapakah yang dapat menghalangi
bila saudara ingin bertaubat ? Pergilah kedusun "anu". Disana ada
banyak orang yang taat kepada Allah. Berbuatlah engkau sebagaimana mereka
berbuat. Dan janganlah engkau kembali kenegrimu sebab dinegrimu banyak orang
yang menyesatkan."
Setelah menerima saran-saran dari orang alim tadi, maka berjalanlah pemuda yang
ingin bertaubat kearah dimana dusun itu ditunjukkan. Sayangnya ditengah-tengah
perjalanan mendadak ia meninggal dunia.Kematiannya yang mendadak membuat
malaikat rahmat dan malaikat siksa bertengkar. Pertengkaran ini mendebatkan,
apakah orang ini tergolong orang-orang yang dhalim atau tergolong orang-orang
yang selamat.
Dikatakan dhalim, tapi saat ia berjalan, ia membawa niat ingin bertaubat dan
betul-betul menyesali tiap-tiap perbuatannya. Kata malaikat rahmat,
"Ia
berjalan untuk bertaubat kepada Allah S.W.T dengan sepenuh hati."
Tapi kata malaikat siksa," Ia belum pernah melakukan kebajikan sama
sekali.Pekerjaannya selalu membunuh. Dan ia pantas masuk neraka."
Tak
berapa lama, datanglah malaikat menyerupai manusia yang diutus menjadi penengah
diantara pertengkaran itu. Ia berkata dengan tegas kepada malaikat-malaikat
tersebut.
"Ukur saja diantara dusun yang dia tinggalkan dan dusun yang akan ia tuju.
Ukuran mana yang lebih dekat, maka masukkanlah ia kepada golongan orang
sana."
Kemudian tempat dimana orang dhalim itu terbujur tak bernyawa diukur terhadap
dua dusun, yaitu jaraknya terhadap dusun yang akan dituju dan terhadap dusun
yang ditinggalkan. Dusun yang dituju merupakan tempat tinggal orang-orang yang
taat kepada Allah. Alhamdulilah, ternyata hasilnya ia lebih dekat kepada dusun
yang akan dituju. Bedanya hanya kira-kira sejengkal saja.
Oleh :
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia