17. DENGAN CINTA
SEMUA JADI DAMAI
Cinta
adalah ruh kehidupan penyepuh hati dan rasa aman bagi anak manusia. Bila hukum
grafitasi dapat menahan bumi dan planet-planet sehingga tidak berbenturan,
terbakar dan hancur berantakan, maka hukum cinta (kasih sayang) adalah hal yang
dapat mempertahankan hubungan manusia sehingga tidak berbenturan lalu terbakar
dan menjadi peperangan.
Itulah
nilai cinta yang sudah dikenal manusia sejak dahulu sampai dewasa ini. Mereka
mengatakan, "Seandainya kasih sayang
mendominasi kehidupan, manusia tidak lagi memerlukan keadilan dan
undang-undang."
Seorang
ulama salaf mengatakan, "Cinta kasih dapat mengubah pahit menjadi manis,
debu menjadi emas, kotor menjadi jernih, sakit menjadi sembuh, tahanan menjadi
teman, derita menjadi nikmat. Itulah cinta kasih yang melunakkan besi,
meluluhkan batu, membangkitkan orang mati dan meniupkan kehidupan."
Seorang
sastrawan menulis, "Tampak dari kejauhan cahaya menyinari lautan, bagaikan
bintang memberi penerangan, aku ingin di masa mendatang menjadi seperti bintang
ini, siapa yang tidak ingin seperti bintang ini di masa depannya ? Apa yang
terjadi ? Ilmu hanya memberikan pemikiran yang kering, kerja hanya memberikan
cucuran keringat dan kebencian. Harta hanya memberikan rasa khawatir, ketakutan
dan kesulitan."
Cinta
kasih itulah mutiara satu-satunya yang memberikan rasa aman, ketenangan dan
kedamaian. Kami mencintai segala-galanya, bahkan kami mencintai bencana
sebagaimana kami mencintai kenikmatan. Cinta kasih dapat membangkitkan kekuatan
untuk melawan, lalu jiwa tergugah bangkit seolah-olah melompat. Disamping itu
cinta kasih adalah angin segar yang mendinginkan panasnya pertikaian. Kami
mencintai kehidupan, adakah orang yang mencintai seperti ini? Bila dapat
melakukannya sungguh ia adalah pahlawan."
Sesungguhnya
orang yang dapat bercinta kasih seperti ini hanyalah orang-orang yang memperoleh
manisnya iman di hatinya. Iman adalah
satu-satunya sumber cinta kasih yang jernih dan abadi. Hanya orang-orang yang
beriman kepada Allah, satu satunya yang dapat mencintai segala sesuatu walaupun
pada bencana, duka cita. Ia mencintai alam ini awal dan akhirnya, hidup dan
mati.
MENCINTAI
ALLAH. Orang yang beriman, dengan
aqidahnya ia dapat menembus rahasia alam, sehingga ia mencintai Allah pemberi
kehidupan, sumber segala yang ada, sumber pertolongan dan bantuan. Ia akan
mencintai Allah seperti cinta seseorang pada keindahan, ia telah melihat jejak
ciptaannya di alam yang kokoh ini. "Dia-lah dzat yang telah memperindah
segala sesuatu yang Dia ciptakan." (QS. As-Sajdah: 7)
Ia
mencintai Allah karena menusia mencintai kesempurnaan. Pada hakekatnya tiada
kesempurnaan selain kesempurnaan Allah SWT. Segala fenomena kesempurnaan yang
serba relatif, yang kita lihat itu tidak lain adalah atom-atom yang bersumber
dari-Nya dan membutuhkan-Nya.
Ia
mencintai Allah karena ia mencintai perbuatan baik. Jiwa manusia mempunyai watak
mencintai orang yang berbuat baik padanya. Lantas perbuatan baik manakah yang
dapat menyamai perbuatan Dzat yang telah menciptakannya dari tiada, dan
menjadikannya sosok manusia yang sempurna ? Lebih dari itu lagi, Allah telah
menundukkan semesta alam ini hanya untuk manusia. "Apakah kalian tidak
melihat bahwa Allah telah menundukkan untuk kalian apa saja yang ada di langit
dan di bumi." (QS. Luqman: 20)
Karenanya
cintanya kepada Allah, mestinya melebihi cinta seorang manusia kepada kedua
orangtuanya, bahkan melebihi cinta kepada istri, anak dan dirinya sendiri. Ia
mencintai segala sesuatu yang datang dari hatinya dan segala sesuatu yang
dicintai Allah. Ia mencintai kitabnya yang diturunkan untuk melepaskannya dari
dari kegelapan menuju terang benderang, mencintai nabinya yang diutus sebagai
rahmat kepada alam semesta, mencintai setiap manusia pelaku kebaikan dan
perdamaian. Ia berdo'a seperti do'a Rasulullah SAW, "Ya Allah, berilah aku
karunia mencintai-Mu dan mencintai orang-orang yang Kau cintai, dan jadikanlah
cintamu itu lebih aku sukai daripada air yang dingin."
MENCINTAI
ALAM. Seorang mu'min mencintai alam
seluruhnya sebagaimana ia mencintai Tuhannya. Karena alam adalah jejak-jejak
Tuhannya. "Ia-lah dzat yang menciptakan dan menyempurnakan dan menentukan
dan membimbing." (Q.S. Al-Qamar: 49)
Alam
bukanlah manusia, akan tetapi ia adalah makhluk yang ditundukkan untuk
berkhidmat pada manusia agar dapat membantunya melaksanakan tugas
kekhalifahannya di bumi. Segala sesuatu yang ada di alam bertasbih membesarkan
nama Allah dengan bahasa yang kadang-kadang tidak dipahami oleh anak manusia.
"Langit yang tujuh dan bumi dan orang-orang yang ada di dalamnya bertasbih
kepada-Nya, tiada sesuatupun kecuali bertasbih kepada-Nya, akan tetapi kalian
tidak memahami tasbihnya." (Q.S. Al-Isra': 4)
Alam
ini tidak jahat yang harus dihancurkan segera, akan tetapi merupakan kitab
Allah, terbuka untuk orang yang dapat membaca dan buta huruf sekalipun. Di situ
terbaca ayat-ayat kekuasaan, rahmat, kebesaran, dan nikmat-Nya. Tiada satupun di
alam ini diciptakan sia-sia tanpa makna. Semuanya menjalankan fungsinya sesuai
kehendak Allah SWT untuk kelangsungan kehidupan sampai tiba ajalnya dan untuk
berkhidmat kepada khalifah yang terhormat (manusia).
Sebagian
manusia melihat kegelapan dengan suatu pandangan takut dan benci, dan
melukiskannya sebagai dewa kejahatan yang memerangi dewa sinar dan kebajikan,
maka bagaimanakah perasaan mereka memahami malam, sementara separo waktu berupa
malam ?
MENCINTAI
HIDUP DAN KEMATIAN. Seorang mu'min
mencintai hidup seperti ia mencintai alam. Kehidupan bukanlah penjara yang harus
dijauhi, akan tetapi merupakan missi yang harus dilaksanakan dan nikmat yang
harus disyukuri. "Janganlah salah seorang dari kalian mengharapkan mati dan
memohonnya sebelum datang kepadanya, karena sesungguhnya bila ia mati terputus
amalnya dan bertambah umur seorang mukmin bertambah kebaikannya." (HR.
Muslim)
Orang
mukmin mencintai hidup karena dengannya ia dapat menegakkan hak Allah di bumi,
dan iapun mencintai mati karena dengan kematianlah ia dapat dengan segera
menemui Tuhannya. "Barangsiapa mencintai bertemu dengan Allah, maka
Allahpun mencintai bertemu dengannya." (HR. Bukhari-Muslim).
Sewaktu
Rasulullah disuruh memilih antara bertemu dengan Tuhannya dan menetap di dunia
ini, beliau bersabda, "Aku memilih sahabat tertinggi." Ketika Ali ibnu
Abi Thalib RA ditikam oleh Abdurrahman ibnu Muljam, ia berkata : "Demi
Tuhan pemilik Ka'bah! Aku beruntung." Ketika Bilal menjelang mati istrinya
menjerit, "Oh betapa sedihnya!" Mendengar itu Bilal berkata kepadanya,
"Jangan berkata begitu tapi berkatalah, 'Betapa senangnya!' Esok aku akan
bertemu sahabat-sahabatku tercinta, Muhammad dan sahabat-sahabat
tercintanya."
Khalid
ibnu Walid ketika mengirim surat kepada panglima perang tentara Parsi atau
Romawi ia mengakhiri suratnya setelah menyeru untuk berdamai dan masuk Islam
dengan ucapan, "Dan jika tidak, aku akan mengirimkan kepada kalian satu
kaum yang mencintai maut seperti kalian mencintai hidup."
MENCINTAI
SESAMA MANUSIA. Orang mukmin mencintai
sesama manusia, karena mereka adalah saudara, teman mengabdi kepada Allah.
Mereka semua adalah satu nasab, keturunan dan juga memiliki satu tujuan dan satu
lawan. Satu keturunan, seperti firman Allah, "Hai sekalian manusia,
bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari yang satu, dan
daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain,
dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu."(QS. An-Nisaa': 1)
Aqidah
Islam tidak membatasi faktor etnis, seorang muslim berkeyakinan bahwa semua
manusia adalah dari Adam. Perbedaan bahasa, warna kulit hanya sebagai dalil akan
kekuasaan Allah, keagungan pencipta pencipta, dan ayat dari ayat-ayat-Nya.
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi
dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu.Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.."
(QS. Ar-Ruum: 22)
Imam
Ahmad meriwayatkan dari Zaid ibnu Arqam, ia berkata, "Rasulullah SAW setiap
selesai shalat berdo'a. "Ya Allah Tuhan kami dan Tuhan segala-galanya, aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Mu dan utusan-Mu, Ya Allah Tuhan kami dan
Tuhan segala-galanya, aku bersaksi bahwa hamba-hamba seluruhnya adalah
bersaudara".Betapa tingginya kedudukan ukhuwah basyariyyah (persaudaraan
sesama manusia) dalam jiwa seorang muslim. Ukhuwah ini menempati peringkat
setelah tauhid (mengesakan Allah) dan pengakuan kerasulan Muhammad SAW.
Al-Qur'an mengajarkan kepada muslim untuk menghormati sesama makhluk apapun, termasuk binatang melata, serangga dan burung-burung. "Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami apakan sesuatu apapun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Rabblah mereka dihimpunkan." (QS. Al-An'aam: 38).
Rasulullah
bersabda, "Seandainya anjing-anjing itu bukan suatu ummat dari ummat, tentu
aku perintahkan untuk dibunuh."
Demikianlah
sikap mental seorang mukmin kepada manusia. Tidak menonjolkan faktor etnis,
fanatik daerah, tidak membenci tingkat sosial masyarakat, tidak hasud pribadi,
akan tetapi rasa cinta kasih dan persaudaraan bagi manusia.
Seorang
mukmin dengan aqidahnya ia mencintai alam seluruhnya, ia mencintai Allah, alam,
mencintai hidup dan mati, mencintai takdir, manis dan pahitnya, mencintai
manusia seluruhnya, dan hanya membenci syetan dan kelompoknya dengan kebencian
yang dibarengi rahmat dan kasih sayang dan cinta kebaikan untuk manusia
seluruhnya. Cinta kasih seperti ini merupakan bukti imannya kepada Tuhannya
dan penuntunnya ke surga, tepatlah sabda Nabi SAW, "Demi dzat yang diriku
berada di tangannya, tidak akan dapat masuk surga sebelum kalian beriman dan
tidak akan beriman sebelum kalian saling mencintai."