Hati yang jinak dengan berdzikir kepada
Allah Azza wa Jala, sibuk dengan mentaatinya. Sebaliknya mereka
yang berbuat dengan nafsu syahwat mirip dengan apa yang diperbuat
oleh burung liar, apabila dimaksudkan dari mendidiknya, serta
mengubahnya dari melompat-lompat liar, kepada menuruti dan
terdidik. Maka pertama-tama, bahwa burung itu dikurung
dalam sangkar yang gelap dan ditutup kedua matanya. Kemudian ia
berhasil terputus dari darat lalu terbang lagi di udara lepas.
Dan ia lupa dari naluri lepas bebas yang disukainya selama ini,
kemudian disayangi sehingga ia jinak kepada tuannya serta
disukainya benar-benar. Apabila dipanggil, ia menyahut. Dan
manakala ia mendengar suara tuannya, ia kembali kepadanya.
Begitulah
jiwa, tidak jinak kepada Tuhannya dan tidak selalu berdzikir
kepadaNya, selain apabila jiwa itu terlepas dari kebiasaannya.
Pertama-tama
dengan khalwah dan uzlah (mengasingkan diri) supaya terpelihara
pendengaran dan penglihatan dari segala yang disukai.
Kedua,
jiwa itu dibiasakan dengan memuji Allah, berdzikir dan berdo'a
di dalam khalwah tadi, sehingga sangat jinaknya dengan berdzikir
kepada Allah Azza wa Jalla, sebagai ganti dengan dunia dan
keinginan-keinginan yang lain.
Dengan
demikian maka nafsu dididik, sebagaimana mendidik burung dan
binatang piaraan. Mendidiknya ialah mencegahnya daripada memandang,
menyukai dan merasa senang dengan nikmat dunia, bahkan dengan
semua yang diceraikannya bila mati. Karena akan dikatakan kepadanya
: "CINTAILAH APA YANG ENGKAU CINTAI. SESUNGGUHNYA ENGKAU
AKAN BERPISAH DENGAN DIA"
Apabila
ia tahu, bahwa siapa yang mencintai sesuatu, yang harus akan
berpisah dengan dia dan sudah pasti merasa tidak berbahagia dengan perpisahan
itu, niscaya hatinya akan sibuk dengan
mencintai
sesuatu yang tiada akan berpisah, yaitu : DZIKIR
(menyebut,
mengingat) ALLAH TA'ALA. Sesungguhnya dzikir itu akan menemaninya
dalam kubur dan tiada akan berpisah dengannya.
SULUK/ITIKAF