12. MENDIDIK NAFSU

(Imam Ghazali)

Hati yang jinak dengan berdzikir kepada Allah Azza wa Jala, sibuk dengan mentaatinya. Sebaliknya mereka yang berbuat dengan nafsu syahwat mirip dengan apa yang diperbuat oleh burung liar, apabila dimaksudkan dari mendidiknya, serta mengubahnya dari melompat-lompat liar, kepada menuruti dan terdidik. Maka pertama-tama, bahwa burung itu dikurung dalam sangkar yang gelap dan ditutup kedua matanya. Kemudian ia berhasil terputus dari darat lalu terbang lagi di udara lepas. Dan ia lupa dari naluri lepas bebas yang disukainya selama ini, kemudian disayangi sehingga ia jinak kepada tuannya serta disukainya benar-benar. Apabila dipanggil, ia menyahut. Dan manakala ia mendengar suara tuannya, ia kembali kepadanya.

Begitulah jiwa, tidak jinak kepada Tuhannya dan tidak selalu berdzikir kepadaNya, selain apabila jiwa itu terlepas dari kebiasaannya.

Pertama-tama dengan khalwah dan uzlah (mengasingkan diri) supaya terpelihara pendengaran dan penglihatan dari segala yang disukai.

Kedua, jiwa itu dibiasakan dengan memuji Allah, berdzikir dan berdo'a di dalam khalwah tadi, sehingga sangat jinaknya dengan berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla, sebagai ganti dengan dunia dan keinginan-keinginan yang lain.

Dengan demikian maka nafsu dididik, sebagaimana mendidik burung dan binatang piaraan. Mendidiknya ialah mencegahnya daripada memandang, menyukai dan merasa senang dengan nikmat dunia, bahkan dengan semua yang diceraikannya bila mati. Karena akan dikatakan kepadanya : "CINTAILAH APA YANG ENGKAU CINTAI. SESUNGGUHNYA ENGKAU AKAN BERPISAH DENGAN DIA"

Apabila ia tahu, bahwa siapa yang mencintai sesuatu, yang harus akan berpisah dengan dia dan sudah pasti merasa tidak berbahagia dengan perpisahan itu, niscaya hatinya akan sibuk dengan mencintai sesuatu yang tiada akan berpisah, yaitu : DZIKIR (menyebut, mengingat) ALLAH TA'ALA. Sesungguhnya dzikir itu  akan menemaninya dalam kubur dan tiada akan berpisah dengannya.

SULUK/I’TIKAF