11.
SEBUAH
CATATAN
Rasulullah
Saw, bersabda :
Saya
melihat pada malam saya di Isra’kan Allah, suatu lautan yang luasnya tidak ada
orang yang tahu kecuali Allah. Di pantai lautan itu ada malaikat yang bentuknya
seperti seekor burung yang mempunyai 1000 sayap.
Hukum
perkataan seseorang dalam do'anya:
"Jika
Allah menghendaki " ?
Tidak
seharusnya seseorang yang berdo'a kepada Allah berkata seperti itu. Justru
seharusnya dia meneguhkan permohonannya dan membesarkan keinginan. Sebab Allah
tidak enggan kepadanya.
Firman-Nya:"Berdo'alah kepada-Ku, niscaya Aku perkenankan bagimu."
(Al-Mukminun : 60).
Itulah
janji Allah untuk memperkenankan do'a. Berarti tidak perlu dikatakan :
'Jika Allah menghendaki.' Sebab apabila Allah berkenan kepada hamba karena
do'anya, maka Dia akan memperkenankan baginya, entah dengan memecahkan
permasalahannya ataupun menyingkirkan keburukan darinya atau menunda hingga hari
kiamat.
Telah
disebutkan dari Nabi Saw, bahwa beliau berkata :
"Janganlah
seseorang diantara kamu berkata : 'Ya Allah ampunilah bagiku dosaku
apabila Engkau menghendaki, ya Allah, rahmatilah aku apabila Engkau
menghendaki', tetapi hendaklah dia meneguhkan masalah dan memperbesar
keinginannya. Karena Allah Ta'ala tidak enggan kepadanya."
Apabila
ada orang yang berkata, "Bukankah telah diriwayatkan dari nabi Saw, bahwa
beliau pernah berkata kepada orang yang sedang sakit, ‘Tidak apa-apa, ia suci
jika Allah menghendaki’ ?”
Hal
itu memang benar. Tetapi jelas bahwa hal ini bukan masalah do'a, tetapi itu
termasuk pengabaran dan harapan, bukan do'a. Karena diantara adab do'a ialah
hendaklah seseorang meneguhkan do'anya. Sejak Allah menciptakan Al-qalam hingga
hari kiamat, segala sesuatu sudah tertulis di Luh mahfuzh. Sebab pertama kali
menciptakan al-qalam, Allah berkata kepadanya, "Tulislah!"
Dia berkata, "Wahai Rabb-ku apa yang mesti aku tulis?"
Allah berfirman, "Tulislah!"
Ia
hanya ciptaan, lalu pada saat itu pula berlaku padanya apa yang memang menjadi
ciptaan hingga hari kiamat.
Telah
diriwayatkan dari Nabi Saw bahwa apabila janin di perut ibunya sudah berumur
empat bulan maka Allah mengutus seorang malaikat agar menghembuskan ruh
kepadanya dan dituliskan rizki, ajal dan amalnya; apakah dia sengsara atau bahagia. Rizki juga sudah tertulis, tidak
bertambah dan tidak pula berkurang. Padahal diantara sebab yang sudah
ditetapkan, manusia harus berusaha mencari rizki, sebagaimana firman Allah :
“Dialah
yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah dijalannya dan
makanlah sebagian dari rizkiNya. Dan hanya kepada Nya lah kamu (kembali setelah
) dibangkitkan." (Al-Mulk: 15).
Diantara
sebab lain datang rizki adalah silaturahim, birrul walidain dan menguatkan
hubungan kekerabatan. Nabi Saw, berkata :"Barang siapa suka agar
dilapangkan baginya dalam rizkinya dan ditangguhkan ajalnya, maka hendaklah dia
menjalin hubungan kekerabatan."
Sebab
lain datangnya rizki adalah taqwa kepada Allah. Firman-Nya :"Dan
barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan keluar, dan memberinya rizki dari arah yang tidak
disangka-sangkanya." (Ath-Thalaq : 2-3)
Engkau
tidak bisa mengatakan, "Rizki itu sudah ditulis dan dibatasi. Berarti aku
tidak bisa mengerjakan sebab yang bisa menghantarkan kepadanya." Ini
termasuk ucapan yang menunjukkan kelemahan. Kalau mau disebut kuat dan tegar
maka engkau harus berusaha mengais rizkimu, mencari apa yang bermanfaat bagimu
dalam agamamu dan duniamu.
Nabi Saw, berkata :
"Yang
kuat adalah orang yang mampu menunjukkan dirinya dan berbuat untuk kepentingan
sesudah mati. Dan yang lemah adalah orang yang menyertakan dirinya kepada
nafsunya serta mengangankan kepada Allah dengan berbagai angan-angan."
Kaitannya
dengan rizki yang sudah ditakdirkan dengan sebab-sebabnya, maka begitu pula
kaitannya dengan perkawinan. Boleh jadi dua orang yang sudah ditulis menjadi
suami isteri, toh akhirnya salah satu diantaranya menjadi pasangan orang lain.
Tidak ada sesuatupun dilangit dan di bumi yang tersembunyi dari Allah.